Jakarta, CNN Indonesia —
China melarang para pejabat hingga pegawai di instansi-instansi pemerintah pusat untuk tidak menggunakan iPhone dan perangkat-perangkat merek asing lain untuk bekerja atau membawanya ke kantor.
Hal itu diungkap oleh Wall Street Journal (WSJ) pada Rabu, berdasarkan pengakuan orang-orang yang mengetahui aturan tersebut.
Dalam beberapa minggu terakhir, para staf diberi instruksi oleh atasan mereka dalam grup chat atau rapat di tempat kerja untuk tidak menggunakan perangkat pabrikan asing. Namun tidak jelas seberapa luas perintah tersebut didistribusikan.
Larangan ini muncul menjelang Apple event minggu depan yang akan meluncurkan jajaran iPhone baru, dan disebut dapat memicu kekhawatiran di antara perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di China karena ketegangan China-AS.
Laporan WSJ itu menyebutkan nama-nama produsen ponsel lain selain Apple. Sementara itu, Apple dan Kantor Informasi Dewan Negara China, yang menangani pertanyaan-pertanyaan media atas nama pemerintah China, tidak segera menanggapi permintaan komentar, mengutip Reuters.
Dikutip dari The Guardian, selama lebih dari satu dekade, China telah berusaha mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan meminta perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan negara seperti bank untuk beralih ke software buatan lokal dan mempromosikan pembuatan chip semikonduktor dalam negeri.
Beijing meningkatkan kampanye ini pada 2020, ketika para pemimpinnya mengusulkan apa yang disebut model pertumbuhan “sirkulasi ganda” untuk mengurangi ketergantungan pada pasar dan teknologi luar negeri.
Gagasan itu digalakkan seiring dengan meningkatnya kekhawatiran atas keamanan data.
Pada Mei lalu, China mendesak perusahaan-perusahaan besar milik negara memainkan peran kunci dalam upayanya kemandirian teknologi, meningkatkan pertaruhan dalam perlombaan di tengah gejolak dengan Amerika Serikat.
Ketegangan China-AS telah meningkat karena Washington bekerja sama dengan sekutu-sekutunya untuk memblokir akses Tiongkok ke peralatan penting yang diperlukan untuk menjaga industri chip-nya tetap kompetitif. Selain itu Beijing membatasi pengiriman dari perusahaan-perusahaan terkemuka AS termasuk pembuat pesawat Boeing dan perusahaan chip Micron Technology.
Beberapa analis mengatakan langkah yang dilaporkan tersebut menunjukkan Beijing tidak mau mengampuni perusahaan AS mana pun dalam upayanya mengurangi ketergantungannya pada teknologi Amerika.
“Bahkan Apple pun tidak kebal di China, di mana mereka mempekerjakan ratusan ribu, bahkan lebih dari satu juta pekerja, untuk merakit produk-produknya melalui hubungannya dengan Foxconn,” ujar analis D.A. Davidson, Tom Forte.
Hal ini seharusnya menginspirasi perusahaan-perusahaan untuk mendiversifikasi rantai pasokan dan konsentrasi pelanggan mereka, agar tidak terlalu bergantung pada China jika ketegangan memburuk. China adalah salah satu pasar terbesar Apple dan menghasilkan hampir seperlima dari pendapatannya.
“Namun, tidak ada dampak langsung yang diharapkan pada pendapatan, mengingat popularitas iPhone di China,” kata analis CFRA Research, Angelo Zino.
(can/dmi)
