China buka suara soal buku pertahanan Jepang berisi ikhtisar ancaman militer yang paling mendesak bagi Tokyo baru-baru ini dan banyak menyinggung Beijing. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Jakarta, CNN Indonesia —
China buka suara soal buku pertahanan Jepang berisi ikhtisar ancaman militer yang paling mendesak bagi Tokyo baru-baru ini.
Dalam laporan pertahanan tahunan ini, Jepang cukup banyak menyinggung aktivitas militer Beijing yang dinilai sebagai ancaman dan hubungan Negeri Tirai Bambu dengan Rusia.
Juru bicara Kementerian Pertahanan China, Tan Kafei, mengatakan buku putih tahunan Jepang memproyeksikan “persepsi yang salah” soal China.
“[Jepang] sengaja membesar-besarkan apa yang disebut ancaman militer China,” kata Tan pada Sabtu (29/7), seperti dikutip Reuters.
China, lanjut dia, menolak tegas laporan buku putih tahunan Jepang.
Laporan dalam buku putih Jepang mencakup tindakan provokatif China di Indo-Pasifik, hubungan yang meningkat antara China dan Rusia, serta program nuklir Korea Utara.
“Masyarakat internasional sedang menghadapi cobaan terbesar sejak Perang Dunia II dan kita telah memasuki era krisis baru,” kata Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada dalam dokumen tersebut, dikutip Channel NewsAsia.
Sikap eksternal dan aktivitas militer China menjadi perhatian serius bagi Jepang. Kondisi demikian, lanjut mereka, menghadirkan “tantangan strategis terbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya”.
Hubungan Rusia-China yang meningkat juga jadi ancaman. Jepang mencatat penerbangan pesawat pengebom bersama dan berulang kali punya maksud tertentu.
“Kerja sama Rusia-China di ranah pertahanan didasari oleh sikap non-blok, non-konfrontasi, tidak menargetkan siapa-siapa, dan merupakan komitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan bahkan dunia,” kata Tan.
Tak cuma itu, proyeksi kepemilikan 1.500 hulu ledak nuklir China pada 2035 juga jadi sorotan buku putih Jepang. Menurut Tokyo, ini menjadi tanda Beijing meningkatkan keunggulan militer atas Taiwan. Agresivitas China terhadap Taiwan dan Laut China Selatan juga masuk dalam daftar buku putih Negeri Sakura.
China pun menganggap “ketakutan” Jepang soal ketegangan di Laut China Selatan berlebihan. Beijing bahkan menilai penilaian ini melebih-lebihkan ketegangan di kawasan.
Menurut Beijing, situasi di Laut China Selatan bahkan Laut China Timur tetap stabil.
(isa/rds)
