0

China Utangi Negara Berkembang Rp17 Ribu T Atasi Krisis-Buat Kereta

RajaBackLink.com
china-utangi-negara-berkembang-rp17-ribu-t-atasi-krisis-buat-kereta

tim | CNN Indonesia

Jumat, 10 Nov 2023 12:04 WIB

China utangi negara-negara berkembang hingga Rp17 ribu triliun untuk membangun infrastruktur hingga mengatasi krisis ekonomi.
China utangi negara-negara berkembang hingga Rp17 ribu triliun untuk membangun infrastruktur hingga mengatasi krisis ekonomi. (Foto: istockphoto/ Rawpixel)

Jakarta, CNN Indonesia

China menggelontorkan utang kepada negara-negara berkembang hingga US$1,1 triliun atau Rp17 ribu triliun alias Rp17 kuadriliun (asumsi kurs Rp15.715 per dolar AS) dalam dua dekade terakhir.

Utang tersebut dipakai mengongkosi pembangunan jalan, bandara, membuat kereta sampai pembangkit listrik oleh negara-negara berkembang di Amerika Latin hingga Asia Tenggara. Kucuran utang ini menjadikan China sebagai negara pemberi utang terbesar dunia.

Senin (6/11) lalu, AidData melaporkan ada 165 negara berkembang yang mendapat pinjaman Tiongkok. Lalu, 55 persen utang tersebut bakal jatuh tempo, di tengah perekonomian global yang penuh tantangan seperti tingginya suku bunga, melemahnya mata uang lokal, dan melambatnya pertumbuhan global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama bertahun-tahun, China mengucurkan pinjaman untuk mendanai infrastruktur di negara-negara miskin, yang kerap dikenal sebagai Belt and Road Initiative.

“Selama 10 tahun terakhir ini Tiongkok adalah kreditur terbesar dunia. Dan sekarang kita berada pada titik poros di mana Tiongkok benar-benar menjadi penagih utang resmi terbesar di dunia,” kata direktur eksekutif AidData dan penulis laporan Brad Parks kepada CNN Business, Jumat (10/11).

Sebelumnya, utang-utang itu ditujukan untuk mendanai proyek infrastruktur tetapi kini beralih menjadi pinjaman untuk dana penyelamatan lantaran beberapa negara mengalami krisis keuangan. AidData melaporkan sekitar 57 negara yang berutang tengah mengalami kesulitan finansial.

Utang yang diberikan China untuk proyek-proyek infrastruktur negara berkembang terus menurun dari 65 persen pada 2014 menjadi 50 persen pada 2017, lalu turun lagi ke 49 persen pada 2018, kemudian hanya 31 persen pada 2021.

Laporan itu menyebut 58 persen utang merupakan pinjaman penyelamatan darurat, yang membantu negara-negara yang berada dalam tekanan untuk tetap bertahan dengan menopang cadangan devisa dan peringkat kredit atau membantu mereka melakukan pembayaran utang kepada pemberi pinjaman internasional lainnya.

AidData menyebut China menjelma ‘manajer krisis internasional’ di mana negara-negara yang sedang krisis sangat bergantung perbankan Tiongkok.

Adapun dampak dari pinjaman bermasalah terhadap sektor perbankan Tiongkok, yang terbebani oleh meningkatnya masalah utang masih belum jelas. Namun China tengah berunding dengan para peminjam yang bermasalah seperti Zambia dan Ghana.

AidData menulis China juga menuntut agar para peminjam bermasalah menyediakan dana yang lebih besar, menggunakan jaminan tunai yang tidak dimiliki negara lain.

“Mereka (China) juga telah mengeluarkan hukuman yang lebih berat untuk keterlambatan pembayaran,” tulis laporan itu.

[Gambas:Video CNN]

(pta/pta)

China
RajaBackLink.com
RajaBackLink.com

More Similar Posts

RajaBackLink.com
RajaBackLink.com
Postingan Lainnya
RajaBackLink.com