CNN Indonesia
Selasa, 10 Okt 2023 02:45 WIB
Jakarta, CNN Indonesia —
Kelompok Hamas Palestina mengancam akan membunuh setiap sandera yang mereka tahan sebagai balasan atas setiap serangan udara tanpa peringatan dari Israel ke Jalur Gaza. Ancaman itu ditujukan ketika Hamas dan Israel kembali terlibat peperangan.
“Setiap pihak yang menargetkan warga kami tanpa peringatan, akan dibalas dengan eksekusi salah satu sandera warga sipil,” kata sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassem, dalam sebuah pernyataan, pada Senin (9/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Musuh tidak memahami bahasa kemanusiaan dan etika, jadi kami akan menanggapi mereka dengan bahasa yang juga mereka pahami.”
Perang kembali berkecamuk di Jalur Gaza setelah Hamas dan Israel saling melancarkan serangan.
Israel telah menggempur Jalur Gaza selama tiga hari terakhir setelah militan Hamas menyerbu kota-kota di Israel selatan dalam serangan mendadak yang menewaskan ratusan warga Palestina di wilayah itu.
Dikutip AFP, serangan Israel itu merupakan balasan atas serangan Hamas ke Israel pada Sabtu pekan lalu. Hamas mengklaim tujuan serangan ini untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi.
Milisi Hamas menembakkan ribuan roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel. Beberapa dari anggotanya bahkan sempat menyusup ke Israel dan melarikan diri ke Gaza dengan menculik sekitar 100 sandera.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa sekitar 30 sandera telah diberikan kepada keluarga mereka. Meski begitu, belum jelas kabar mengenai tawanan Hamas lainnya.
Sejumlah laporan media menuturkan selain menculik warga Israel, Hamas juga menyandera beberapa warga asing.
Di tempat terpisah, Prancis melaporkan setidaknya dua warganya terbunuh dalam serangan Hamas ke Israel pada akhir pekan lalu. Sementara itu, 14 warga Prancis juga dilaporkan hilang selama serangan berlangsung.
“Prancis menyesali kematian tragis warga negara kedua, yang menjadi korban serangan teroris Hamas terhadap Israel,” kata kementerian tersebut.
“Kami melanjutkan upaya kami untuk mengklarifikasi situasi warga negara kami yang masih belum ditemukan.”
(rds)
