...
0

Mimpi Itu Bernama Union Berlin

RajaBackLink.com
mimpi-itu-bernama-union-berlin

Diego Mandela Basro

Diego Mandela Basro

icon-email

Saat ini bertugas sebagai Produser Lapangan di CNN Indonesia. Mengisi waktu luang dengan melatih sepak bola amatir, dan menganalisis pertandingan mulai dari tingkat tarkam hingga liga-liga terbaik di dunia.

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi

CNNIndonesia.com

Jakarta, CNN Indonesia

Ja so eisern we granite, so wie eist Real Madrid und so zogen wir in die Bundesliga ein und werden auch mal deutscher meister sein!

Lirik lagu Eisern wie Granit di atas berkumandang di alun-alun Puerta de Sol kota Madrid sebelum laga Liga Champions Real Madrid vs Union Berlin, 20 September lalu.

Lagu itu selalu dinyanyikan suporter Union Belin sejak 2005, saat mereka masih bermain di Oberliga, kasta keempat sepak bola Jerman. Secara garis besar lagu tersebut berarti Union Berlin adalah tim sekuat Real Madrid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, 18 tahun kemudian, Union mewujudkan impian mereka. Tampil di kompetisi tertinggi di Eropa dengan menghadapi sang Raja, juara Liga Champions 14 kali, yang kerap disebut dalam lagu Eisern wie Granit tersebut.

Sulit dibayangkan memang, bagi sebuah klub seperti Union yang menghabiskan waktu kurang-lebih satu dekade di Bundesliga 2. Bahkan sebelumnya, nasib Union Berlin lebih semenjana lagi, karena hanya mampu berkutat di Oberliga (kasta keempat) dan Regionalliga (kasta ketiga).

“Ne scheisse, wir steigen auf!” yang berarti “Sial, kita naik kasta!”. Begitulah ungkapan yang kemudian menjadi nyanyian yang bergema di Stadion An der Alten Foresterei, setelah Union Berlin memastikan tampil di kasta teratas sepak bola Jerman Bundesliga pada 2019.

Lalu bagaimana klub kecil dari sisi timur Berlin ini merajut mimpi, dan kemudian dalam istilah bahasa Inggris punching above their weight?

Meski klub kecil, semenjak kelahirannya, Union Berlin memiliki akar dukungan yang kuat di kalangan kelas pekerja. Julukan ‘Schlosserjungs’ yang artinya para pekerja pabrik besi muncul karena jersey yang mereka gunakan serupa dengan seragam para pekerja pabrik besi.

Soccer Football - Champions League - Group C - Real Madrid v 1. FC Union Berlin - Santiago Bernabeu, Madrid, Spain - September 20, 2023  1. FC Union Berlin fans beside a police officer outside the stadium before the match REUTERS/Isabel InfantesSuporter Union Berlin di luar Santiago Bernabeu sebelum melawan Real Madrid pada 20 September 2023. (REUTERS/Isabel Infantes)

Teriakan Eisern Union! Yang kerap dipekikkan para pendukung Union juga semakin mempertegas warna kelas pekerja di tubuh Union.

Saat sepak bola Eropa didominasi oleh klub-klub super kaya yang didanai oleh pebisnis-pebisnis yang super kaya pula, Union Berlin dimiliki sepenuhnya oleh fans. Sekitar 60 ribu fans menjadi member klub, bahkan lebih besar dari kapasitas Stadion Alten Foresterei sendiri!

Semua yang bekerja di klub adalah fans Union Berlin, mulai dari Presiden klub Dirk Zingler, sampai bagian ticketing. Inilah yang kemudian membuat nilai-nilai komunitarian khas kelas pekerja seperti kekeluargaan, solidaritas, dan gotong royong betul-betul menjadi nilai-nilai yang dipegang teguh dan dijalankan secara konsisten oleh seluruh elemen di klub.

Hal ini terlihat dari budaya dukungan yang diperlihatkan suporter Union, mereka tak pernah menyoraki atau menghina ketika tim bermain buruk, dukungan positif selalu mengalir bagi tim.

Setidaknya ada dua kejadian besar yang mempertegas keberadaan suporter sebagai tulang punggung utama Union Berlin. Pada 2004, Union Berlin tak mampu membayar uang deposit sebagai syarat pendaftaran Regionalliga sebesar 1,46 juta euro.

Para suporter berinisiatif untuk menggalang dana dengan mendonorkan darah mereka, karena di Jerman seseorang akan dibayar ketika mendonorkan darah. Kampanye ini dinamai ‘Darah untuk Union’.

Empat tahun berselang, para suporter Union kembali melakukan mobilisasi massal. Kali ini, mereka secara sukarela menghabiskan 140 ribu jam kerja, untuk merenovasi Stadion Alten Foresterei, yang kala itu telah dalam kondisi yang memprihatinkan. Setahun setelah renovasi dilakukan, mereka berhasil promosi ke Bundesliga 2.

Union Berlin's Swiss head coach Urs Fischer is pictured prior to the German first division Bundesliga football match between Union Berlin and TSG 1899 Hoffenheim in Berlin, Germany, on September 23, 2023. (Photo by Ronny HARTMANN / AFP) / DFL REGULATIONS PROHIBIT ANY USE OF PHOTOGRAPHS AS IMAGE SEQUENCES AND/OR QUASI-VIDEOPelatih Union Berlin Urs Fischer memberi gaya bermain yang khas dalam tim. (Ronny HARTMANN / AFP)

Nilai-nilai yang terpatri dalam Union Berlin, semakin tercermin dalam permainan di lapangan. Di bawah asuhan pelatih asal Swiss Urs Fischer, yang dikontrak pada Juni 2018. Di musim pertamanya, ia berhasil membawa Union promosi ke Bundesliga.

Di bawah Fischer, Union menampilkan sepak bola yang game modelnya didasari pertahanan rapat yang kolektif, dilengkapi counter attack kilat khas Jerman. Union biasanya akan menyerahkan penguasaan bola pada lawan, sembari membangun pertahanan tembok besi di area permainan sendiri seakan berkata pada lawan: “Coba saja kalian tembus pertahanan kami, kalian tak akan mampu.”

Memang dari pertandingan ke pertandingan penguasaan bola Union Berlin hampir tidak pernah lebih tinggi dari 30 persen, namun mereka mampu memenangkan pertandingan melalui counter attack yang efisien, atau memanfaatkan situasi bola-bola mati.

Memang pada pertandingan perdana mereka di Liga Champions kontra Real Madrid di Stadion Santiago Bernabeu, pertahanan mereka akhirnya jebol di menit-menit akhir pertandingan oleh jugador anyar Madrid Jude Bellingham. Namun di pertandingan tersebut, kita bisa melihat permainan khas Union Berlin yang membuat Madrid kerepotan selama 90 menit, dan potensi yang mungkin ditunjukkan Union di Liga Champions musim ini.

Keberhasilan Union Berlin tentunya menjadi contoh bagi klub-klub dengan model yang sama, dan sedang merajut mimpi yang sama. Klub-klub yang 100 persen dimiliki oleh fansnya seperti FC United of Manchester, AFC Wimbeldon, dan AFC Liverpool di Inggris, Bohemian FC di Irlandia, yang sedang menunjukkan perlawanan pada model pengelolaan sepak bola yang terlalu business minded, dan memandang para suporter hanya sebagai customer belaka.

Mimpi yang ditunjukkan Union Berlin juga tentunya dapat menjadi inspirasi bagi klub-klub kolektif dengan nafas yang sama yang bermunculan di tanah air. Dipelopori salah satunya oleh Riverside Forest asal Bandung, yang akan turut berkompetisi di Liga 3, diikuti kemunculan klub-klub serupa seperti Tribun Kultur FC di Jakarta, Urbanside FC di Bekasi, Kalibrug FC di Purbalingga, Rainfall FC di Bogor, Port City Wanderers di Jakarta Utara.

Perjalanan mereka tentunya patut untuk ditunggu perkembangannya di mana mereka menunjukkan bahwa sepak bola tidak melulu soal komersialisasi, bahwa fans apabila diberikan ruang dalam pengelolaan klub dapat menjadi dinamo, yang menjadi kekuatan utama pendorong klub.

Karena sejatinya para suporter adalah pihak yang paling tulus bertekad dan berdoa untuk klubnya. Hal ini tercermin dalam perjalanan Union Berlin sejauh ini, yang ditopang rasa cinta yang besar oleh para suporternya.

(har)

Mimpi
RajaBackLink.com
RajaBackLink.com

More Similar Posts

RajaBackLink.com