Jakarta, CNN Indonesia —
Kritik dalam seni tari diperlukan untuk menilai pementasan di panggung atau pentas. Berikut nilai estetis dalam seni tari dan langkah penulisan kritik tari.
Nilai estetis dalam karya seni tari merupakan hal yang penting. Sebab, dari nilai estetis sebuah karya seni, penonton dapat menikmati hal yang sulit diartikan dan memberikan kesenangan atau kepuasan bagi penikmatnya.
Nilai estetis dalam karya seni tari tidak hanya dilihat dari gerak tari tetapi juga dilihat dari berbagai aspek seni lainnya sebagai unsur pendukungnya.
Menurut buku Seni Budaya untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas (2006), nilai estetis dalam tari dapat dilihat berdasarkan tujuan, fungsi, dan latar belakang budayanya.
Gerak-gerak yang digunakan tidak terlepas dari faktor-faktor tersebut. Selain itu, nilai estetis tari juga dapat dianalisis dari segi unsur tari.
Nilai estetis dari unsur dasar tari
Unsur-unsur tari merupakan unsur dasar yang harus ada dan dikuasai oleh pelaku tari. Dengan memahami unsur-unsur tari, penampil dapat membuat panggung terasa lebih hidup.
Berikut unsur-unsur dasar tari yang dapat memberikan nilai estetis dalam tari.
1. Gerak
Tari merupakan seni yang identik dengan gerak sehingga unsur ini menjadi paling utama di dalamnya. Bisa dikatakan gerak dalam tari merupakan bahasa atau pengucapan.
Adapun gerak yang dimaksud meliputi gerak badan, seperti tangan, kepala, dan kaki.
2. Irama
Unsur dasar tari berikutnya adalah irama yang berfungsi sebagai pendukung gerakan, pengatur gerak, dan penguat ungkapan gerak.
3. Ruang
Penggunaan ruang dalam tari harus disesuaikan dengan kebutuhan gerak. Jenis dan penggunaan ruang terdiri dari ruang sempit, luas, dan sedang.
Ruang juga dapat diolah berdasarkan arah hadap dan tinggi rendah dari badan dengan berbagai arah, yakni ke samping, depan, belakang, atas, bawah, samping kanan, dan kiri badan.
4. Waktu
Penggunaan waktu diperlukan untuk mengatur dinamika tarian. Sebagai contoh, pada tarian halus diperlukan penyelesaian gerak dalam waktu yang lebih lama.
5. Tenaga
Tenaga merupakan hal yang sangat diperlukan. Suatu gerakan dalam tarian membutuhkan tenaga yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya dalam tarian halus diperlukan penggunaan tenaga yang lemah dan relatif sedikit. Sementara pada tarian yang lincah memerlukan penggunaan tenaga yang agak kuat.
Unsur pokok nilai estetis
Terdapat tiga unsur pokok nilai estetis yakni wiraha, wirama, dan wirasa.
- Wiraga: kemampuan penari saat membawakan tarian secara keseluruhan.
- Wirama: keahlian penari secara musikal saat menari yang disesuaikan dengan musik tariannya.
- Wirasa: kemampuan penari dalam mengekspresikan tarian sesuai dengan konteks dan karakter tarian yang dibawakan.
Langkah-langkah penulisan kritik tari
Banyak orang menduga bahwa seorang kritik seni hanya perlu pengetahuan. Padahal kepekaan estetis juga merupakan sarana yang terpenting bagi seorang kritikus tari.
Seorang kritikus seni harus dapat menulis dari hasil pengamatannya secara langsung apa yang terjadi di atas panggung atau pentas. Jika tidak, maka tidak dapat disebut kritik tari, melainkan hanya sebuah esai atau artikel tari.
Untuk dapat mengemukakan kritik penulisan tari, berikut langkah-langkahnya.
1. Deskripsi
Deskripsi adalah suatu proses pengumpulan data karya seni yang tersaji langsung kepada pengamat. Kritikus dituntut menyajikan keterangan secara objektif yang bersumber pada fakta yang terdapat dalam karya seni.
Dalam seni tari, kritikus harus menguraikan bagaimana aspek penari, gerak, ekspresi, dan ilustrasi musik yang mengiringinya.
2. Analisis
Pada tahap analisis, kritikus bertugas menguraikan kualitas elemen seni tari, seperti gerak, ruang, waktu, tenaga, dan ekspresi pada karya seni tari tersebut.
3. Interpretasi
Interpretasi dalam kritik seni adalah proses mengemukakan arti atau makna karya seni dari hasil deskripsi dan analisis yang cermat.
4. Evaluasi
Pada tahap ini, kritikus memberi penilaian yang dilatarbelakangi oleh pemahaman mendalam terhadap tari, kemampuan menganalisis, dan kemampuan memaknai tari yang dimainkan.
Terdapat tiga pendekatan yang bisa digunakan yakni formalistik, ekspresivisme, dan instrumentalistik.
- Pendekatan formalistik: untuk menentukan ekselensi/tingkat kerumitan karya seni yang dapat melahirkan emosi estetik bagi pengamat seni.
- Pendekatan ekspresivisme: untuk menentukan kadar keberhasilan seni atas kemampuannya membangkitkan emosi secara efektif, intensif, dan penuh gairah.
- Pendekatan instrumentalistik: menganggap seni sebagai instrumen atau sarana untuk mencapai tujuan tertentu.
Demikian penjelasan mengenai nilai estetis dalam kritik tari. Semoga bermanfaat!
(juh)