Kala banyak pihak mengecam kudeta Niger, pemimpin tentara bayaran Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, memuji pergerakan itu. Ia bahkan menawarkan jasa Wagner. (AP/Alexander Zemlianichenko)
Jakarta, CNN Indonesia —
Pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, justru memuji kudeta di Niger. Ia bahkan menawarkan jasa Wagner untuk menjaga ketertiban setelah itu.
“Yang terjadi di Niger sudah terpendam bertahun-tahun. Mantan penjajah mencoba mengendalikan rakyat di negara-negara Afrika,” ujar Prigozhin dalam pesan suara yang tersebar pada Jumat (28/7), seperti dikutip CNN.
Ia kemudian berkata, “Untuk mengendalikan mereka, para mantan penjajah mengisi negara-negara ini dengan teroris dan formasi-formasi bandit. Itulah yang menyebabkan krisis keamanan parah.”
Prigozhin kemudian malah beriklan, menawarkan jasa Wagner Group untuk menjaga keamanan di Niger.
“Rakyat sengsara. Inilah alasan untuk memakai Wagner. Ini memang keahlian Wagner. Karena ribuan tentara Wagner dapat menjaga ketertiban dan menghancurkan teroris, mencegah mereka melukai warga negara yang damai,” tuturnya.
Sejumlah investigasi CNN memang mengungkap keterlibatan Wagner dalam pusaran kekerasan terhadap rakyat di tengah berbagai konflik di Afrika, mulai dari Sudan hingga Mali.
Di negara-negara tersebut, Wagner diduga membantu pasukan pertahanan setempat untuk menggempur kelompok-kelompok pemberontak, juga membungkam oposisi.
Komentar Prigozhin ini sendiri bertolak belakang dengan Kementerian Luar Negeri Rusia yang mengecam kudeta militer di Niger. Mereka bahkan mendesak militer Niger membebaskan Presiden Mohamed Bazoum yang ditahan menjelang kudeta.
Kudeta ini sendiri bermula pada Rabu lalu, ketika ketika pasukan elite pasukan pengawal presiden memblokir setiap akses ke kediaman dan kantor Bazoum.
“Anggota paspampres yang berkhianat menutup akses ke kediaman dan kantor presiden, dan setelah pembicaraan gagal, menolak untuk membebaskan presiden,” kata seorang sumber yang dekat dengan presiden.
Pada Kamis, militer Niger pun mengklaim telah menggulingkan pemerintahan. Sehari kemudian, kepala paspampres Niger, Abdourahamane Tchiani, mendeklarasikan diri sebagai presiden.
(has)
