0

Cerita Ilmu Seks di Manuskrip Kuno Bugis, Ahli Sebut Bukan Pornografi

cerita-ilmu-seks-di-manuskrip-kuno-bugis,-ahli-sebut-bukan-pornografi

Manuskrip asal Bugis, Assikalaibineng, menyimpan pelajaran tentang ilmu seks. Informasi macam apa yang dimuat kitab ini? Ilustrasi. Salah satu manuskrip asal Bugis menyimpan pelajaran tentang seks. (iStockphoto)

Jakarta, CNN Indonesia

Arkeolog mengungkap manuskrip Nusantara asal Bugis, Assikalaibineng, menyimpan ilmu tentang seksualitas. Simak rincian isi ajarannya berikut.

Hal itu diketahui lewat paparan Profesor dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Muhlis Hadrawi dalam webinar dengan topik “Agama dan Khazanah Pengetahuan Seksualitas Masyarakat Nusantara”, Selasa (6/6) yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Ikut dalam webinar tersebut Periset dari Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban (PR KKP) Abu Muslim, Kepala PR KKP Wuri Handoko, dan Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) Herry Yogaswara.

“Berbicara terkait seksualitas, ini sangat menarik! Seringkali, ketika menyampaikan di ruang publik, kita kadang ragu-ragu jika yang berhubungan dengan tema seksualitas. Namun sebenarnya, sepanjang berbasis ilmu pengetahuan, itu tidak masalah dan tidak dianggap pornografi,” cetus Herry Yogaswara, dilansir situs resmi BRIN.

Muhlis menuturkan secara etimologi ungkapan Assikalaibineng itu artinya hubungan laki-laki dan perempuan (suami-istri).

Teks assikalaibineng secara umum membahas konsep seksualitas, pengetahuan alat reproduksi, prosedur/tahapan hubungan, teknik sentuhan 12 titik, teknik bertahan (hati+pikiran+ gerakan).

Selain itu, soal menentukan jenis kelamin, kualitas anak (generasi), tata cara pembersihan tubuh, pengendalian kehamilan, waktu yang baik hubungan suami-istri, pengobatan dan perawatan kelamin, doa-doa, dan hal-hal lainnya.

Abu Muslim menambahkan terdapat kasih sayang Tuhan dalam sistem pengetahuan seksualitas masyarakat Bugis di Assikalaibineng.

Menurutnya, manuskrip assikalaibineng merupakan pusaka dalam bentuk tulisan tangan yang berisi tentang pola dan pengetahuan seksualitas masyarakat Bugis yang merupakan warisan turun-temurun.

Asimilasi

Dikutip dari studi Muhlis bertajuk Peranan Ulama dan Aristrokat dalam Tradisi Tulis dan Produksi Teks Assikalaibineng dan Teks Khalwatiah di Sulawesi Selatan, teks Assikalaibineng pada hakikatnya merupakan kelompok teks-teks keagamaan hasil integrasi dengan budaya lokal.

“Naskah Assikalaibineng diperkirakan sudah muncul sebelum masuknya agama Islam di Sulawesi Selatan. Namun, dalam perjalanannya naskah Assikalaibineng mengalami persentuhan dengan Islam kemudian terjadi asimilasi dengan ajaran Islam,” tulisnya.

Ia menyebut sejarah awal keberadaan naskah Assikalaibineng pada masyarakat Bugis-Makassar diperkenalkan melalui murid-murid Syekh Yusuf yang wafat pada 1699.

Meski Syekh Yusuf belum kembali ke Makassar sepulang dari Arab Saudi, konstruksi teks Assikalaibineng dalam bahasa Makassar dan Bugis sangat dimungkinkan terjadi karena muridnya lebih didominasi oleh kalangan orang Bugis dan Makassar.

Murid-murid inilah yang berperan penting dalam melakukan pendokumentasian ajaran-ajaran Syekh Yusuf dalam bentuk manuskrip.

“Fenomena ini menjadi narasi penting bagi pengaruh Islam dalam tradisi tulis setelah berhasil mengintegrasikan sistem budaya seksualitas Bugis dengan sistem normatif Islam,” lanjutnya.

Wujud integrasi pengetahuan itu kemudian melahirkan teks Assikalaibineng berciri “Tasawuf Seks” yang dalam bahasa Bugis dikenal dengan istilah Tasawupe Allaibineneng“.

“Naskah Assikalaibineng menunjukkan ciri teks tasawuf khususnya tentang pendidikan hubungan suami-istri. Kedelapan teks Assikalaibineng menunjukkan varian-variannya tersendiri dan kode-kode spiritual Islam berciri Khalwatiah.”

Etika hubungan

Husnul Fahimah Ilyas, Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar, dikutip dari situs Kemenag, manuskrip ini menjelaskan secara detail ilmu persetubuhan dengan etikanya sendiri.

Yang membuatnya unik adalah, pertama, naskah ini merupakan ajaran yang sangat privasi. Kedua, diajarkan secara selektif kepada laki-laki yang akan berumah tangga (sebagai pendidikan seks yang normatif).

Ketiga, ajaran ini tidak dibuka secara luas karena merupakan salah satu ajaran yang terdapat dalam tarekat tertentu.

“Inilah salah satu menjadi ciri khas lokalitas di tanah Bugis di Sulawesi Selatan tempo dulu yang mengalkuturasikan agama dan budaya setempat,” kata Husnul.

Menurutnya, teks-teks pada manuskrip ini juga pada prinsipnya tak mengingkari hasrat manusiawi namun tetap mengingat Tuhan.

“Pertama nyawa dan asal mulanya mani. Sebab, siapapun harus mengenal asal usulnya dari Allah, sesungguhnya mani itu berasal dari Allah, begitu juga hasrat dari-Nya pula, begitu pula kekuatan dan karunia, juga dari Dia pula,” demikian tertulis dalam teks itu.

Beberapa rincian persiapan hubungan intim pun diungkap detil. Misalnya, “Apabila kamu menginginkan tidak muncul bau, syariatkanlah pada gigimu ditunjuk zikir.”

Selain itu teks tersebut mengajarkan, berdasarkan penegasan Syaikh Abdullah dari neneknya dan kepada keempat anaknya, untuk mengambil air wudhu terlebih dahulu sebelum bersetubuh.

“Kemudian masuklah di tempat tidur dan perbaikilah perasaanmu kepada Allah. Apabila kamu telah berbaring, niatkanlah menempatkan neraka di kiri dan surga di kanan.”

(lth/arh)

Cerita
RajaBackLink.com

More Similar Posts

RajaBackLink.com
Postingan Lainnya
RajaBackLink.com