0

Mengenal Satelit SATRIA-1, Segera Diluncurkan di Tengah Kasus BAKTI

mengenal-satelit-satria-1,-segera-diluncurkan-di-tengah-kasus-bakti

Kemenkominfo meluncurkan satelit SATRIA-1 dari AS, 17 Juni, di tengah proses hukum kasus korups menara BTS yang menjerat Johnny G. Plate. Ilustrasi. Korupsi menara BTS di Kemenkominfo tidak menghentikan peluncuran satelit SATRIA-1. (AFP PHOTO / CNES)

Jakarta, CNN Indonesia

Pelaksana tugas (Plt) Menteri Komunikasi dan Informatika Mahfud MD menyebut Satelit Indonesia Raya (SATRIA-1) akan meluncur pada 17 Juni 2023. Simak rincian proyek tersebut.

Saat bicara dalam rapat kerja bersama Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Senin (5/6). Mahfud menegaskan proyek SATRIA-1 tetap diluncurkan lantaran tidak ada kaitannya dengan kasus korupsi proyek Base Transceiver Station (BTS).

“SATRIA itu tidak ada kaitannya dengan BTS. Ini akan diluncurkan 17 Juni dari Florida,” kata Mahfud seperti dikutip dari Antara.

Sebelumnya, kasus korupsi BTS menjerat antara lain Johnny G. Plate sebagai salah satu tersangka. Kasus itu membuat Sekjen Partai NasDem tersebut dicopot dari jabatannya sebagai Menkominfo.

Dalam kasus yang sama, Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan enam tersangka lainnya, yaitu Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo Anang Achmad Latif; Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia, Galumbang Menak Simanjuntak;

Komisaris PT Solitechmedia Sinergy, Irwan Hermawan; Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia, Yohan Suryanto; dan tenaga ahli Human Development Universitas Indonesia Mukti Ali.

Jika tak ada kaitannya dengan proyek BAKTI, apa tujuan satelit ini?

Melansir situs Kominfo, SATRIA-1 digadang-gadang sebagai satelit multifungsi pertama yang bertujuan “menyediakan konektivitas ke lebih dari 149 ribu titik layanan publik di seluruh Nusantara.”

“Proyek ini memanfaatkan konektivitas berbasis satelit untuk membawa manfaat sosial dan ekonomi yang signifikan ke daerah-daerah terpencil di Indonesia,” kata Anang Latief, Juli 2022 lalu.

SATRIA disebut memiliki kapasitas throughput 150 miliar bit per second (Gbps) atau tiga kali lipat dari kapasitas sembilan satelit telekomunikasi yang digunakan Indonesia. Teknologinya disebut High Throughput Satellite (HTS).

Nantinya, SATRIA-1 ditargetkan mampu melayani 150 ribu titik layanan publik yang mencakup 93.900 titik sekolah dan pesantren untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan ujian berbasis komputer.

Selain itu, SATRIA-1 juga ditargetkan melancarkan layanan fasilitas kesehatan masyarakat pada 3.700 titik puskesmas dan rumah sakit.

Dari sektor keamanan, keberadaan jaringan internet yang andal dapat melayani 3.900 titik layanan keamanan masyarakat di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Di samping itu, keberadaan Satelit Satria-I dapat menjangkau 47.900 titik kantor desa/kelurahan, kecamatan, dan pemerintah daerah lainnya.

Proyek ini merupakan kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau Public-Privat Partnership (PPP).

Melansir Antara, proyek ini telah disiapkan sejak 2019 di bawah tanggungjawab BAKTI dan masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertuang di Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Pengerjaan konstruksinya sudah dimulai pada 3 September 2020. Dalam kondisi pandemi Covid-19 2021 silam, konstruksi SATRIA-1 diklaim telah berjalan dengan kemajuan sebesar 30 persen per akhir Juli.

Total, investasi di proyek ini mencapai US$550 juta atau sekitar Rp8 triliun yang dibiayai oleh sindikasi perbankan internasional. Satelit ini telah dikerjakan oleh PT Pasifik Satelit Nusantara lewat anak usahanya SNT dan pabrikan piranti ruang angkasa Prancis, Thales Alenia Space (TAS).

Thales Alenia Space pernah menggarap satelit milik PSN sebelumnya, Nusantara II, dan satelit yang dioperasikan Indosat, yakni Palapa D.

Sementara, peluncurannya akan dilakukan dengan menggunakan roket Falcon 9-5500 yang diproduksi oleh SpaceX, perusahaan asal Amerika Serikat milik miliarder Elon Musk.

Untuk melengkapi satelit ini, Kominfo juga membangun 11 Stasiun Bumi di sejumlah titik di Indonesia. Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan di Cikarang, Bekasi pada Agustus 2021.

Kala itu, Plate menyebut sejumlah lokasi lain yang menjadi titik pembangunan Stasiun.

“Selain di Cikarang, 10 gateways lainnya akan dibangun di Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura, yang mana kesepuluh pembangunan gateways ini masih dalam proses pengadaan lahan,” ujar Plate.

Keberadaan stasiun ini diperlukan untuk mengawasi pergerakan SATRIA-1. Selain itu, stasiun juga akan melakukan manajemen jaringan agar sesuai dengan standar kestabilan layanan serta menjadi sarana komunikasi data antara Satelit Satria-I dengan Bumi.

(lth/lth)

Mengenal
RajaBackLink.com

More Similar Posts

RajaBackLink.com
Postingan Lainnya
RajaBackLink.com