Ada kemungkinan pemerintah menghapus istilah subsidi jadi motor listrik bisa dibeli semua orang. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia —
Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) merespons sinyal pemerintah yang berkeinginan merevisi kata subsidi untuk pembelian motor listrik sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat secara luas. Opsi perubahan ini didasari evaluasi pemerintah tentang program ini yang dinilai berjalan lambat.
Ketua Umum Aismoli Budi Setiyadi menjelaskan merevisi kata subsidi dapat berdampak pada pertumbuhan penggunaan motor listrik.
Budi memperkirakan penjualan motor listrik di Tanah Air bakal berkembang, di satu sisi target kuota subsidi 200 ribu unit hingga akhir 2023 dapat tercapai.
“Jadi yang 200 ribu unit ini tentu akan lebih cepat, akan lebih baik,” kata Budi saat dihubungi, Selasa (6/6).
Kepala Staf Presiden Moeldoko sebelumnya menyatakan pemerintah sedang mengkaji masalah subsidi motor listrik yang saat ini berjalan lambat.
Ia bilang salah satu opsi ke depan yaitu kemungkinan menghapus istilah ‘subsidi’ dan menggantinya menggunakan kata lain sehingga bisa membuka keran pembelian bagi semua orang.
Subsidi motor listrik diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 6 Tahun 2023 dan menetapkan empat kategori warga untuk bisa membeli motor listrik dengan potongan harga Rp7 juta.
Empat kategori tersebut yaitu masyarakat pelaku UMKM, penerima manfaat Kredit Usaha Rakyat, penerima bantuan produktif usaha mikro dan penerima subsidi listrik 450-900 VA.
“Kami sudah buka ini melalui aplikasi Sisapira ternyata perkembangannya enggak signifikan, sangat lambat pembelian sepeda motor ini, kami sedang evaluasi ini,” kata Moeldoko dalam diskusi FMB9ID-IKP yang disiarkan di Youtube, Senin (5/6).
“Apakah ada kata-kata subsidi itu? Karena harus mempersyaratkan empat hal tadi, apakah ini perlu bantuan pemerintah bahasanya itu, sehingga ini bisa digunakan oleh semuanya,” ujar dia lagi.
Budi memberi sedikit catatan jika nantinya penjualan sepeda motor listrik sudah berkembang. Kata dia hal ini harus diimbangi dengan pemerataan infrastruktur pengisian baterai motor listrik.
“Artinya dengan pertumbuhan motor listrik ini harus ada kemudahan [penggunanya]. Jadi infrastruktur juga harus cepat, jangan nunggu populasi dulu. Harus tumbuh bareng antara motor listrik dan infrastrukturnya,” ungkap Budi.
Respons produsen
Respons positif lainnya juga diungkap salah satu produsen motor listrik, Smoot & Swap. Menurut merek tersebut ini dapat menjadi pemicu bagi masyarakat yang memang ingin mencoba maupun beralih menggunakan motor listrik dari sebelumnya roda dua konvensional.
“Kalau untuk penghapusan kriteria penerima bagus banget ya untuk orang yang memang minat untuk beli beralih ke kendaraan listrik,” kata Rizal Alexander, Marketing Strategic Smoot & Swap.
Rizal menambahkan nantinya kebijakan tersebut tetap harus memiliki penekanan kepada masyarakat salah satunya larangan menjual motor listrik subsidi dalam kurun waktu tertentu. Kata Rizal ini untuk menjaga harga pasar.
“Paling nanti yang perlu di tekankan (pada) aturan untuk tidak dapat menjual motor subsidinya dalam kurun waktu tertentu supaya harga di pasar juga tidak rusak,” ungkapnya.
(ryh/fea)
