0

Pria Swiss Sembuh HIV Usai Jalani Terapi Pengobatan Kanker Darah

pria-swiss-sembuh-hiv-usai-jalani-terapi-pengobatan-kanker-darah

Seorang pria di Swiss yang dijuluki pasien Jenewa dinyatakan sembuh dari infeksi HIV setelah hampir dua tahun menjalani terapi pengobatan leukemia. Ilustrasi. Seorang pria di Swiss dinyatakan sembuh HIV usai menjalani terapi sel punca untuk pengobatan kanker darah. (iStockphoto/Gam1983)

Jakarta, CNN Indonesia

Seorang pria di Swiss yang disebut pasien Jenewa dinyatakan sembuh dari infeksi HIV. Ia dinyatakan ‘sembuh secara efektif’ setelah hampir dua tahun menerima transplantasi sel punca untuk mengobati kanker darah.

Sebelumnya, ada lima kasus serupa lain yang juga telah dinyatakan sembuh dari HIV. Namun, kasus pasien ini terbilang cukup unik.

Diketahui, pasien tersebut ‘sembuh’ setelah menjalani terapi pengobatan sel punca di tahun 2018.

Mengutip NBC News, pria Swiss bersama lima pengidap HIV lainnya sama-sama menerima transplantasi sel punca untuk mengobati kanker darah seperti leukemia atau limfoma. Menariknya, tidak seperti lima kasus lain, kasus baru ini melibatkan seseorang yang pendonornya tidak memiliki kelainan genetik langka (CCR5).

Gen inilah yang menghalangi virus HIV memasuki sistem kekebalan seseorang, dan membuat sel secara alami kebal terhadap virus tersebut.

Kasus pria itu akan dipresentasikan pekan ini di International AIDS Society Conference on HIV Science di Brisbane, Australia.

Setelah menjalani pengobatan tersebut, pasien Jenewa itu dinyatakan ‘sembuh’ dari HIV. Di dalam tubuhnya sudah tidak terdeteksi virus setelah menghentikan pengobatan antiretroviral atau obat yang berguna mengurangi jumlah virus di dalam darah.

Pria itu menggunakan terapi antiretroviral itu hingga November 2021, dan dokter menyuruh berhenti setelah menjalani transplantasi sumsum tulang atau sel punca.

“Apa yang terjadi pada saya luar biasa, ajaib,” ucapnya dikutip dari Euronews, dalam sebuah pernyataan.

Pria yang baru sembuh dari HIV ini dijuluki Pasien Jenewa, diambil dari nama kota di Swiss tempat dia menerima pengobatan. Dia berusia awal 50-an, didiagnosis mengidap HIV pada 1990 dan mulai menggunakan pengobatan antiretroviral pada tahun 2005.

Pada tahun 2018, dia didiagnosis menderita kanker darah langka yang dikenal sebagai tumor myeloid ekstrameduler. Dia dirawat dengan radiasi, kemoterapi, dan transplantasi sel induk.

Kasusnya diawasi oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Asier Sáez-Cirión, kepala reservoir virus dan unit kontrol kekebalan di Institut Pasteur di Paris.

HIV sangat sulit disembuhkan. Pasalnya, meski telah ditekan oleh pengobatan antiretroviral, virus bersembunyi di sel kekebalan yang tidak bereplikasi, yang secara kolektif dikenal sebagai reservoir virus.

Pengobatan HIV standar semacam itu hanya bekerja pada sel yang secara aktif memproduksi salinan virus baru. Jadi virus tetap berada di bawah radar antiretroviral di dalam sel yang terinfeksi secara laten ini, yang masing-masing membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk kembali ke keadaan replikasi.

Meski sampai saat ini pasien Jenewa itu telah menghentikan pengobatan antiretroviral, para peneliti belum sepenuhnya yakin bahwa virus HIV tidak akan kembali pada pasien.

Sebab, pada dua kasus HIV di Boston yang menggunakan sel punca yang tidak mengandung gen CCR5. Efeknya, virus itu muncul lagi beberapa bulan setelah mereka berhenti menggunakan antiretroviral.

“jika masih belum ada tanda-tanda virus setelah 12 bulan kemungkinan virus itu tidak terdeteksi di masa mendatang akan meningkat secara signifikan,” ucap Asier Saez-Cirion.

“Pasien Jenewa tetap ‘bebas’ HIV karena mungkin transplantasi menghilangkan semua sel yang terinfeksi tanpa memerlukan mutasi yang terkenal atau mungkin pengobatan imunosupresifnya, yang diperlukan setelah transplantasi, berperan,” pungkasnya.

(pua/pua)

[Gambas:Video CNN]

Swiss
RajaBackLink.com

More Similar Posts

RajaBackLink.com
Postingan Lainnya
RajaBackLink.com