0

7 Tokoh Pahlawan sebelum Tahun 1908 yang Berjuang Melawan Penjajah

7-tokoh-pahlawan-sebelum-tahun-1908-yang-berjuang-melawan-penjajah

Jakarta, CNN Indonesia

Ada banyak pahlawan yang berjuang melawan dan mengusir penjajah sebelum era kebangkitan nasional yang dimulai pada 1908.

Kebangkitan nasional sendiri ditandai dengan berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Lantas, siapa saja tokoh pahlawan sebelum tahun 1908?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah mengalami perubahan dari masa ke masa. Sebelum tahun 1908, pergerakan para tokoh dilakukan secara kedaerahan. Kemudian setelah era tahun 1908, pergerakan lebih bersifat nasional.

Tokoh pahlawan sebelum tahun 1908

Dihimpun dari Ensiklopedia Pahlawan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan berbagai sumber lainnya, berikut daftar tokoh pahlawan sebelum tahun 1908.

1. Sultan Hasanuddin (1631-1670)

ilustrasi sultan hasanuddinTokoh pahlawan sebelum tahun 1908, salah satunya Sultan Hasanuddin (Ahmad.baddawi via Wikimedia Commons CC-BY-SA-4.0)

Sultan Hasanuddin lahir pada 1631 di Ujung Pandang. Ia adalah putra kedua Sultan Malikusaid, Raja Gowa ke-15. Gowa adalah kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai lalu lintas perdagangan.

Saat Belanda sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah, Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa.

Pada 1666 di bawah pimpinan Cornelis Speelman, Belanda berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil tetapi belum bisa menundukkan Gowa.

Pertempuran terus berlangsung sehingga Gowa makin lemah dan pada 18 November 1667 diadakan perdamaian Bongaya.

Gowa merasa dirugikan karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Belanda (di bawah pimpinan Speelman) minta bantuan tentara ke Batavia.

Akibatnya Belanda berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Samba Opu tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dan wafat tanggal 12 Juni 1670.

2. Tuanku Imam Bonjol (1772-1864)

Peto Syarif atau yang dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol lahir pada 1772 di Kampung Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Ia juga adalah tokoh pendiri negeri Bonjol.

Pertentangan kaum adat dengan kaum paderi (kaum agama) perlawanan melibatkan Imam Bonjol dalam perlawanan melawan Belanda.

Belanda memihak kaum adat, sedang kaum paderi di bawah pimpinan Imam Bonjol. Tahun 1824, Belanda mencoba berdamai dengan kaum paderi dengan ‘perjanjian masang’ tapi dilanggar oleh Belanda sendiri.

Belanda menyerang Sumatra Barat dan dapat menguasai Bonjol pada tahun 1832, tiga bulan kemudian Bonjol dapat direbut kembali.

Setelah berulang kali mencoba selama tiga tahun, Bonjol dapat diserbu Belanda tanggal 16 Agustus 1837.

Imam Bonjol terjebak oleh penghianatan Belanda, dia ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, kemudian ke Ambon. Terakhir Manado hingga wafat tanggal 6 November 1864 dalam usia 92 tahun.

3. Kapitan Pattimura (1783-1817)

Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura lahir pada 1782 di Ambon. Ia adalah pemimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda.

Pada 1816, Belanda berkuasa di Maluku, sejak itu rakyat Maluku mengalami penindasan. Kekayaan dirampas dan rakyat dipaksa bekerja rodi.

Di bawah pimpinan Pattimura, dilakukan perlawanan pertama pada 14 Mei 1817. Kala itu banyak tentara Belanda yang terbunuh.

Gubernur Belanda di Ambon (Mayor Beetj es) memerintahkan merebut kembali benteng tersebut, dan karena mendapat bantuan dari luar maka benteng Duurstede berhasil direbut dari pasukan Pattimura.

Di Palu, barisan Pattimura juga berhasil merebut benteng Hoorn, akibatnya Belanda kembali menyerang dan berhasil menangkap Pattimura sewaktu di Siri Sori, kemudian dibawa ke Ambon.

Belanda menawarkan kerja sama pada Pattimura, tetapi ditolaknya sehingga Pattimura dijatuhi hukuman gantung. Ia wafat pada 16 Desember 1817.

4. Pangeran Diponegoro (1785-1855)

Pangeran DiponegoroTokoh pahlawan sebelum tahun 1908, salah satunya Pangeran Diponegoro (collectie.tropenmuseum.nl via wikimedia commons CC-PD-Mark)

Raden Mas Ontowiryo atau Pangeran Diponegoro lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta. Ia adalah putra Sultan Hamengkubuwono Ill.

Pangeran Diponegoro tidak menyetujui campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan. Ia kemudian bertekad melawan Belanda. Kediaman Pangeran di Tegalrejo diserang Belanda pada 20 Juli 1825.

Lalu Pangeran Diponegoro pindah ke Selarong, sebuah daerah berbukit-bukit yang dijadikan markas besarnya. Perjuangan Diponegoro mendapat dukungan dari kalangan bangsawan, ulama maupun petani.

Ulama besar Kyai Mojo dan Sentot Alibasah Prawirodirdjo pun menggabungkan diri pada barisan Pangeran Diponegoro dengan menjanjikan uang sebesar 20 ribu ringgit Belanda mencoba menangkap Pangeran Diponegoro.

Usaha Belanda ini gagal, Belanda kemudian menjalankan siasat licik dengan pura-pura mengajak berunding di Magelang tahun 1830.

Dalam perundingan tersebut Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Manado selanjutnya dipindah ke Ujung Pandang dan meninggal di sana pada 8 Januari 1855.

5. Martha Christina Tiahahu (1800-1818)

Martha Christina Taihahu merupakan tokoh pahlawan sebelum 1908 yang berasal dari tanah Maluku. Ia dilahirkan pada 4 Januari 1800.

Ketika menginjak usia 17 tahun, Martha juga ikut turun ke medan pertempuran bersama para tentara rakyat.

Ia kerap mendampingi sang ayah bertempur melawan penjajah baik itu di Pulau Nusalaut (tanah kelahirannya) maupun Pulau Saparua.

Pada 10 Oktober 1817, Martha bersama para raja dan patih bertempur di Pulau Saparua. Karena kehabisan persenjataan, mereka harus mundur ke pegunungan Ulath-Ouw.

Sehari setelahnya, Belanda bergerak ke Ulath untuk menyerang pasukan rakyat. Namun dengan persenjataan terbatas, rakyat berhasil memukul mundur Belanda.

Pada 12 Oktober pertempuran kembali pecah. Belanda melakukan serangan umum. Ini membuat pasukan rakyat mundur hingga ke hutan untuk bertahan.

Martha dan tokoh pejuang penting lainnya ditangkap dan ditahan di kapal Eversten. Para tahanan dijatuhi hukuman mati, tetapi Martha dibebaskan karena masih sangat muda. Namun ayahnya tetap dijatuhi hukuman mati.

Sepeninggal sang ayah, Martha masuk ke hutan dan bertahan hidup di sana. Lalu ia kembali ditangkap di tahun yang sama dan diasingkan ke Jawa menggunakan kapal Eversten.

Kesehatannya terus memburuk selama berada di kapal. Pada 2 Januari 1818, Martha Christina Taihahu wafat di usianya hampir menginjak 18 tahun.

6. Cut Nyak Dien (1848-1908)

Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Aceh Besar pada 1848. Ayahnya bemama Teuku Nanta Setia Ulebalang VI Mukim, seorang Aceh keturunan Minangkabau.

Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim Lamnga, seorang pejuang Aceh. Tahun 1873 meletus perang Aceh dan tahun 1875 Belanda berhasil menduduki daerah VI Mukim.

Dalam pertempuran melawan Belanda, suami Cut Nyak Dien meninggal dunia tahun 1878. Sejak itu Cut Nyak Dien meneruskan perjuangan dan bersumpah untuk membalas kematian suaminya.

Pada tahun 1880 ia menikah untuk yang kedua kalinya dengan Teuku Umar, yang juga seorang pejuang Aceh. Berkat kegigihan Teuku Umar dapat merebut daerah VI Mukim dari tangan Belanda tahun 1884. Teuku Umar gugur 11 Februari 1899.

Setelah enam tahun lamanya Cut Nyak Dien dan pasukannya bergerilya, mereka tertangkap Belanda. Kemudian dibuang ke Sumedang, Jawa Barat dan wafat 6 November 1908.

7. Cut Nyak Meutia (1870-1910)

Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh pada 1870. Ia adalah seorang panglima Aceh ketika melawan Belanda.

Bersama suaminya Teuku Cik Tunong ia membentuk dan menyerang patroli Belanda di pedalaman Aceh. Belanda membujuk Cut Meutia supaya menyerah. Namun bujukan itu tidak berhasil.

Pada Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan menjalani hukuman tembak. Sesuai pesan suaminya Cik Tunong, Cut Meutia kawin lagi dengan Pang Nangru, Pang Nangru kawan akrab Cik Tunong, setelah itu Cut Meutia melanjutkan perjuangan.

Pada 26 September 1910 terjadilah pertempuran di Paya Ciciem yang menewaskan Pang Nangru. Cut Meutia dapat meloloskan diri.

Ia diserahi untuk memimpin pasukan yang berkekuatan hanya 45 orang dengan 13 pucuk senjata. Dengan seorang anaknya bernama Raja Sabil yang berumur sebelas tahun Cut Meutia melanjutkan perjuangan.

Cut Meutia terus berjuang dan suatu hari ia terkepung dan meninggal dunia pada tahun 1910.

Itulah sejumlah tokoh pahlawan sebelum tahun 1908. Selamat belajar!

(juh)

[Gambas:Video CNN]

Tokoh
RajaBackLink.com

More Similar Posts

RajaBackLink.com
Postingan Lainnya
RajaBackLink.com